Quantum Teaching
I.
Pendahuluan
Dalam Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa: “Pendidikan
Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.”[1]
Tentu sangat logis bagi
manusia untuk memilih jalur pendidikan untuk meningkatkan potensinya mengingat
tujuan dari pendidikan nasional seerti yang telah disebutkan di atas. Dalam
lembaga pendidikan, kegiatan pembelajaran dilakukan oleh seorang guru yang
berpangkal pada suatu kurikulum pendidikan, dan dalam proses pembelajaran guru
juga berorientasi pada tujuan kurikulum. Guru harus mampu membelajarkan
siswanya sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Dalam hal ini, tugas yang
diemban oleh seorang guru bukanlah hal yang mudah dilakukan. Apalagi banyak
siswa yang mengeluhkan betapa membosanknnya belajar itu. Belajar tidak pernah
bisa menjadi hal yang menyenangkan layaknya bermain games.
Oleh karena itu, adanya
quantum teaching akan memudahkan tugas dan tanggung jawab seorang guru
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Quantu Teaching menawarkan cara-cara baru yang memudahkan proses
pembelajaran lewat pemaduan unsur seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah,
apapun mata pelajaran yang diajarkan. Jadi sudah selayaknya
bagi seorang guru untuk menerapkan strategi pembelajaran quantum teaching
untuk menarik minat siswa dalam proses pembelajaran.
II.
Rumusan
Masalah
A.
Apa
pengertian dari quantum teaching?
B.
Apa
saja asas dan prinsip quantum teaching?
C.
Bagaimana
model dari quantum teaching?
D.
Bagaimana
kerangka rancangan belajar dalam quantum teaching?
III.
Pembahasan
A.
Pengertian
Quantum Teaching
Quantum
teaching adalah badan
ilmu pengetahuan dan metodologi yang digunakan dalam rancangan, penyajian, dan
fasilitas supercamp . quantum teaching diciptakan berdasarkan
teori-teori pendidikan seperti Accelerated Learning (Lozanov), Multiple
Intelegence (Gardner), Neuro-Linguistic Programming (Ginder dan
Blander), Experiential Learning (Hanh), Socratic Inquiry, Cooperative Learning (Johnson dan Johnson), dan Elements of Effective Intruction (Hunter).
Quantum didefinisikan sebagai interaksi yang mengubah energi menjadi
cahaya. Semua kehidupan adalah energi.[2] Sedangkan
teaching adalah mengajar. Quantum teaching adalah pengubahan
bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi
ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang memengaruhi kesuksesan
siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampauan dan bakat alamiah siswa
menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain.[3]
Siswa sejak lahir telah memiliki bakat dan kemampuan sendiri-sendiri yang
merupakan bakta alamiah mereka. Bakat ini harus dikembangkan sebaik mungkin
agar dapat berguna baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Adanya quantum
teaching dimaksudkan untuk membantu siswa dalam mengembangkan bakat dan
kemampuannya.
Quantum teaching merangkaikan yang paling baik dari yang terbaik menjadi sebuah paket
multisensory, multi kecerdasan dan kompatibel dengan otak, yang pada akhirnya
akan melejitkan kemampuan guru untuk mengilhami dan kemampuan murid untuk
berprestasi. Quantum teaching yang dibangun berdasarkan teori-teori
tersebut mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan yang efektif,
merancang kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar.[4]
Untuk menjadi Quantum Teacher, maka guru harus mampu
mengorkestrasi pembelajaran sesuai dengan modalitas dan gaya para pengajarnya. Guru juga harus mampu mengajarkan
keterampilan hidup di tengah-tengah keterampilan akademis, mencetak
atribut mental/fisik/spiritual para siswanya. Karena dalam quantum teaching, guru harus dapat mendahulukan interaksi dalam
lingkungan belajar, memperhatikan kualitas interaksi antar pelajar, antara
pelajar dan guru dan antara pelajar dan kurikulum.
Model ini dapat digunakan untuk semua mata pelajaran pada semua jenjang dan jenis
pendidikan, hanya saja diantaranya disesuaikan dengan siapa yang menjadi
peserta didik dan apa mata pelajarannya. Model ini merupakan proses
pembelajaran yang akrab dan menyenangkan baik bagi peserta didik maupun pendidik
dalam proses pembelajaran. Oleh Karena itu, proses pembelajaran ini sangat
membutuhkan guru yang menguasai materi ajar dan mempunyai sifat peramah bukan
pemarah.[5]
B.
Asas
dan Prinsip Quantum Teaching
Quantum
teaching berasaskan
pada “bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia
mereka”. Asas tersebut yang digunakan sebagai landasan dasar di balik segala
strategi, model, dan keyakinan dalam quantum teaching. Segala hal
ataupun interaksi yang ada di bangun atas dasar asa tersebut. Maksud dari asas itu
adalah mengingatkan pentingnya memasuki dunia murid sebagia langkah pertama.
Untuk mendapatkan hak mengajar, pertama-tama seseorang harus dapat membangun
jembatan autentik memasuki kehidupan murid. Sertifikat yang diperoleh hanyalah
wewenang untuk mengajar, belum berarti mempunyai hak untuk mengajar karena
mengajar adalah hak yang harus diraih dan diberikan oleh siswa, bukan oleh
departemen pendidikan.
Yang harus
pertama dilakukan adalah memasuki dahulun dunia mereka. Mengapa? Karena
tindakan ini kan memberikan izin untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan
perjalanan mereka menuju kesadaran dan ilmu pengetahuan yang lebih luas.
Caranya adalah dengana mengaitkan apa yang Anda ajarkan dengan sebuah peristiwa,
pikiran, atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, atletik,
musik, seni, rekreasi, atau akademis mereka. Setelah kaitan itu terbentuk, Anda
akan dapat membawa mereka ke dalam dunia Anda, dan memberi mereka pemahaman
Anda mengenai isi dunia itu.[6]
Akhirnya dengan pengertian lebih luas dan penguasaan lebih mendalam ini, siswa
dapat membawa apa yang mereka pelajari ke dalam dunia mereka dan menerapkannya
pada dunia baru.
Quantum
teaching juga memiliki
lima prinsip atau lima kebenaran tetap, prinsip-prinsip ini memengaruhi seluruh
aspek quantum teaching. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
1.
Segalanya
berbicara, segalanya yang ada di ruang kelas hingga bahasa tubuh Anda, dari
kertas yang Anda bagikan hingga rancangan pelajaran Anda, semuanya mengirim
pesan tentang belajar.
2.
Segalanya
bertujuan, semua yang terjadi dalam pengubahan Anda mempunyai tujuan.
3.
Pengalaman
sebelum pemberian nama.
4.
Proses belajar paling baik terjadi
ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka pelajari, karena otak
manusia berkembang yang akhirnya menggerakkan rasa ingin tahu.
5.
Akui
setiap usaha, belajar mengandung resiko. Pada saat siswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapat
pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka.
6.
Jika
layak dipelajari, maka layak pula dirayakan. Perayaan memberikan umpan balik
mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar.[7]
C.
Model
Quantum Teaching
Model quantum
teaching hampir sama dengan sebuah simfoni dimana unsur-unsurnya dapat
dibagi menjadi dua kategori: konteks dan isi.
1.
Konteks
adalah latar untuk pengalaman anda. Dalam seksi konteks, kita akan menemukan
semua bagian yang di butuhkan untuk
mengubah :
a. Suasana yang memberdayakan dan menggairahkan
Suasana atau lingkungan
kelas akan sangat memengaruhi dalam proses belajar siswa. Guru seharusnya
menciptakan lingkungan yang tidak mengancam, di mana pendapat murid dihargai,
dihormati, dan dikehendaki. Jawaban keliru tidak boleh membangkitkan reaksi
negatif dari pihak guru, tetapi perlu dipersepsi sebagai bagian proses belajar
murid.[8] Adapun
kunci untuk membangun suasana tersebut adalah :
1)
Kekuatan Terpendan (
NIAT )
Niat guru atau
kepercayaan akan kemampuan sangat berpengaruh pada kemampuan itu sendiri untuk dapa memotivasi peserta didik pandangan
guru akan lebih cepat.
2)
Jalinan Rasa Simpati dan Saling Pengertian
Dengan membangun jalinan rasa
simpati dan saling pengertian dapat membangun jembatan menuju kehidupan dunia
baru mereka, mengetahui minat kuat mereka dan berbicara dengan bahasa hati
mereka.
3)
Keriangan dan Ketakjuban
Keriangan dan ketakjuban dapat membawa siswa siap
belajar dan lebih mudah dan bahkan mengubah sikap negatif. Bentuk keriangan
atau kegembiraan yang biasa digunakan adalah: tepuk tangan, tiga kali hore,
wuus, jentikan jari, poster umum, catatan pribadi, persekongkolan, pengakuan
kekuatan, kejutan, pujian pada teman sebangku, pernyataan afirmasi dan “wow”.
4)
Rasa Saling Memiliki
Rasa saling memiliki akan mempercepat
proses pengajaran dan meningkatkan rasa tanggungjawab peserta didik misalnya:
tepuk, wow, sebelum memulai belajar, menepuk segmen, mengakhiri segmen tertentu.
5)
Keteladanan
Memberi teladan adalah salah satu cara ampuh
untuk membangun hubungan dan memahami orang lain serta akan menambahkan
kekuatan kedalam pembelajaran.
b. Landasan yang kukuh
1)
Tujuan Yang Sama
Tujuan yang sama yaitu
mengembangkan kecakapan dalam mata pelajaran, menjadi pelajar yang lebih baik dan
berinteraksi sebagai pemain tim.
2)
Prinsip-Prinsip dan Nilai Yang Sama
Satu set prinsip
tersebut adalah 8 kunci keunggulan yaitu : a) Integritas (kejujuran), b)
kegagalan awal kesuksesan, c) bicaralah dengan baik, d) hidup disaat ini, e)
komitmen, f) tanggung jawab, g) sikap luwes, h) kesinambungan.[9]
3)
Keyakinan Akan Kemampuan Pelajar, Belajar Dan Mengajar
Seorang guru harus yakin dengan kemampuan
belajar siswanya. Mulailah mengajar dari sudut pandang bahwa guru biasa menjadi
luar biasa, maka akan berpengaruh pada orang-orang di sekitar khususnya peserta didik.
4)
Kesepakatan, kebijakan, prosedur dan peraturan.
Kesepakatan: Lebih informal daripada peraturan,
dan konkret untuk melancarkan jalannya pelajaran. Kebijakan: Mendukung komunitas belajar. Prosedur: Memberitahu peserta didik apa yang diharapkan
dan tindakan apa yang diambil.
c. Lingkungan yang mendukung
1)
Lingkungan Sekeliling, gunakan poster ikon (simbol), poster afirmasi (motivasi dan gunakan
warna).
2)
Alat bantu yakni benda yang mewakili gagasan. Misalnya boneka mewakili tokoh dalam karya sastra.
3)
Pengaturan bangku, misalkan mengatur bangku menjadi bentuk setengah
lingkaran untuk diskusi kelompok besar yang dipimpin oleh seorang fasilitator.
4)
Tumbuhan, aroma, hewan peliharaan dan unsur organik lain
dikondisikan dengan serasi.
5)
Musik, adanya musik membantu pelajar bekerja lebih baik dan
mengingat lebih banyak, merangsang, meremajakan, dan memperkuat belajar baik
secara sadar maupun tidak sadar.[10]
6)
Rancangan
belajar yang dinamis
1)
Dari dunia mereka ke dunia kita
Maksudnya seorang guru harus mampu menjembatani jurang antara dunia siswa
dengan dunia gurunya. Hal ini memudahkan guru membangun jalinan antara guru
dengan siswa.
2)
Modalitas Vak ( Visual Auditorial Kinestik )
Meskipun kebanyakan orang memiliki akses
ketiga modalitas ini, hampir semuanya cenderung pada salah satunya dalam proses
pembelajaran atau komunikasi. Oleh karena tiu, penggunaan ketiga modalitas ini
akan membantu siswa meskipun mereka memiliki tipologi yang berbeda.
3)
Model kesuksesan dari sudut pandang
Ada dua faktor utama yang membantu menentukan kesuksesan
siswa yakni kesulitan pelajaran dan derajat resiko pribadi. Hal-hal yang dapat
dilakukan guru untuk kesuksesan siswanya yakni, saat memperkenalkan isi
pelajaran selalu menyanyikan dengan menggunakan unsur V-A-K, sering melakukan
pengulangan, membuat kelompok kecil untuk memantapkan belajar dan menyelesaikan
secara perseorangan.
2.
Isi
walaupun berbeda namun sama pentingnya dengan konteks. Dalam seksi ini , anda
akan menemukan keterampilan penyampaian untuk kurikulum apapun di samping
strategi yang dibutuhkan siswa untuk bertanggung jawab atau apa yang mereka
pelajari:
a.
Penyampaian yang prima
Berikut
tujuh pedoman untuk presentasi yang sukses:
1)
Pahamilah
apa yang Anda inginkan.
2)
Binalah
jalinan.
3)
Bacalah
mereka.
4)
Targetkanlah
keadaan mereka.
5)
Capailah
modalitas mereka.
6)
Manfaatkanlah
ruangan.
7)
Bersikaplah
tulus.
b.
Fasilitas
yang luwes
Maksud dari
mengorkrestasikan fasilitas yang luwes atau elegant adalah mengorkrestasikan
interaksi antara pelajar dan kurikulum yang berlaku. Anda menfasilitasi yaitu
memudahkan tingkat partisipasi yang Anda inginkan. Pertama yang harus dilakukan
adalah memulai dengan mengetahui apa yang Anda inginkan sebagai hasil akhir
dalam proses pembelajaran (Know it). Setelah benar-benar mengetahui dan
menetapkan hasilnya, barulah mulai dengan menjelaskan hasilnya (Explain it),
maksudnya adalah menjelaskan secara terperinci langkah-langkah atau arahan yang
harus dilakukan oleh siswa dalam mewujudkan hasil pembelajaran atau tugas yang
diperintahkan. Setelah siswa menyelesaikan tugasnya, guru akan mendapatkan
hasilnya (Get It), selain itu guru juga perlu memberikan umpan balik
untuk menegaskan apakah siswa telah paham mengenai pelajaran yang baru saja
mereka peroleh. Di sini akan terlihat apakah hasil yang dicapai sesuai dengan
yang dikehendaki.
c.
Keterampilan
belajar untuk belajar
Apapun mata
pelajarannya, siswa belajar lebih cepat dan lebih efektif jika mereka
menguasai 5 keterampilan yang merangsang belajar. 1) Konsentrasi terfokus,
2) Cara mencatat, 3) Organisasi dan persiapan tes, 4) Membaca cepat, 5)Teknik
mengingat.
Menurut Dr. Ed
Ellis ada beberapa prilaku atau keadaan prima untuk belajar yang dikenal dengan
SLANT. Sit up in the chair (duduk tegak di kursi mereka), Learn
forward (condong ke depan), Ask question (bertanya), Nod their heads (mengangguk kepala), talk
to their teacher (berbicara dengan guru).[11]
d.
Keterampilan
hidup
Seorang guru
harus mampu untuk memberdayakan siswanya untuk hidup di atas garis sebagai
landasan komunikasi dan interaksi pribadi. Hidup di atas garis menekankan dan
mempraktekkan salah satu dari delapan kunci keunggulan yakni bertanggung jawab
atas apa yang telah dilakukan baik berupa ucapan atau tindakan, bahkan jika
perlu melakukan perbaikan jika melakukan kesalahan. Selain itu, antara guru dan
siswa harus ada komunikasi yang jernih agar tidak terjadi kesalahpahaman
ataupun penyesalan dalam memutuskan sesuatu. Komunikasi yang nampak dan jernih
akan dapat melahirkan kepercayaan, keterbukaan, dan kualitas dalam komunikasi.
D.
Kerangka
Rancangan Belajar Quantum Teaching
Quantum
teaching ditulis untuk menjadikan sahabat yang siap membantu karena
didalamnya memuat prinsip dan komunikasi ampuh yang diperkuat dengan pendekatan multi sensori, multi kecerdasan dan
berdasarkan kerangka rancangan belajar Quantum teaching yang
dikenal sebagai TANDUR.
1.
Tumbuhkan, yakni tumbuhkan minat dengan
memuaskan “apakah manfaatnya bagiku” (AMBAK), dan memanfaatkan kehidupan
pelajar.
2.
Alami, yakni ciptakan dan datangi pengalaman
umum yang dapat dimengerti semua pelajar.
3.
Namai, yakni dengan menyediakan kata kunci,
konsep, model, rumus, strategi: yang kemudian menjadi sebuah masukan bagi si
pelajar.
4.
Demonstrasikan, yakni sediakan kesempatan bagi
si pelajar untuk menunjukkan bahwa mereka tahu.
5.
Ulangi, yakni tunjukkan kepada para pelajar
tentang cara-cara mengulang materi dan menegaskan: “Aku tahu bahwa aku memang
tahu ini.”
6.
Rayakan, yakni pengakuan untuk penyelesaian,
partisipasi, dan perolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan.[12]
Dari kerangka konseptual tentang langkah-langkah pengajaran dalam quantum
teaching tersebut terlihat adanya empat ciri sebagai berikut:
1.
Adanya unsur demokrasi dalam pengajaran.
2.
Memungkinkan tergali dan terekspresikannya
seluruh potensi dan bakat yang terdapat pada diri si anak.
3.
Adanya kepuasan pada diri si anak.
4.
Adanya unsur pemantapan dalam menguasai materi
atau suatu keterampilan yang diajarkan.
5.
Adanya unsur kemampuan pada seorang guru dalam
merumuskan temuan yang dihasilkan si anak dalam bentuk konsep, teori, model,
dan sebagainya.[13]
IV.
Analisa
Data
Dalam kegiatan
pembelajarn di sekolah, penggunaan metode yang tepat oleh guru dalam kegiatan
belajar mengajar adalah suatu keharusan. Penggunaan metode yang tidak tepat
oleh seorang guru akan memengaruhi hasil dari proses pendidikan. Pada saat ini,
metode yang tepat amatlah sangat diperlukan guna mewujudkan tujuan dari
pendidikan itu sendiri. Metode tersebut seharusnya mampu menghasilkan lulusan
pendidikan yang terbina secara seimbang antara perkembangan kecerdasan intelektual
dengan kecerdasan emosional serta memiliki keterampilan dan sehat fisiknya,
sehingga lulusan tersebut mampu bermanfaat bagi orang lain dan masyarakat.
Munculnya
metodologi baru berupa quantum teaching berusaha untuk menjawab
permasalahan yang ada saat ini. Quantum teaching berusaha memaparkan
permasalahan secara apa adanya berdasarkan sumber-sumber rujukan yang
otoritatif dalam bidang pendidikan. Quantum teaching adalah penggubahan belajar yang meriah dengan segakla nuansanya yang
menyertakan segala kaitan interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen
belajar. Dalam metode ini, siswa benar-benar diikutkan dalam proses
pembelajaran. Partisipasi aktif dari siswa akan nampak dengan jelas dengan
menggunakan metodologi yang telah dikemas dalam quantum teaching.
Proses pembelajaran
yang ditawarkan dalam quantum teaching terasa menyenangkan dan tidak
lagi membosankan seperti sebelum-sebelumnya, bahkan siswa akan merasa nyaman
dan termotivasi untuk mengikutinya. Cara yang dapat digunakan adalah dengan
membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Kemudian memberi kesempatan siswa
untuk terlibat langsung dalam proses pembelajaran dari guru. Selanjutnya siswa
dapat mempraktekannya lagi dan menarik kesimpulan sendiri. Setelah itu adanya
perayaan untuk memberikan penghargaan kepada siswa karena telah mampu
menyimpulkan pelajaran yang baru saja dipelajari. Perayaan di sini dimaksudkan
untuk memberikan pujian atau penghargaan semata agar siswa dapat termotivasi
untuk mengikuti kegiatan pembelajaran lagi.
Dalam quantum
teaching, yang berperan dalam menunjang proses pembelajaran tidak hanya
guru dan siswa saja melainkan lingkungan, suasana, landasan, rancangan,
penyajian, dan fasilitas ikut andil di dalamnya. Penciptaan suasan tersebut mengharuskan seorang
guru untuk mempersiapkannya dengan matang dan terencana agar nantinya dapat
berjalan dengan lancar sesuai dengan tujuan dari pembelajaran itu sendiri.
Dengan menerapkan asas
dan prinsip-prinsip yang ada dalam quantum teaching akan menghasilkan
suasana belajar yang dinamis, demokratis, menggairahkan, dan menyenangkan
siswa, sehingga mereka tidak akan merasa bosan berlama-lama dalam ruang kelas.
Ditambah lagi dalam quantum teaching terdapat 8 kunci kesuksesan yang
akan membantu siswa dalam mewujuakan tujuan mereka. Selain itu, quantum
teaching juga tidak hanya bertujuan memberikan pengetahuan atau nilai-nilai
semata kepada siswa atau anak didik, melainkan juga memberikan pengalaman-pengalaman
dan keterampilan dalam mencapai tujuan tersebut.
V.
Kesimpulan
A. Quantum teaching
adalah pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar
momen belajar. Dalam quantum teaching, guru diajarkan untuk
memaksimalkan pembelajarn melalui perkembangan hubungan, penggubahan belajar,
dan penyampaian kurikulum.
B. Quantum teaching
berasaskan pada “bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke
dunia mereka”. Sedangkan prinsipnya ada lima, yaitu: Segalanya berbicara,
segalanya bertujuan, pengalaman sebelum pemberian nama, akui setiap usaha, dan
jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan.
C. Model atau pola quantum teaching dibagi menjadi 2 seksi,
yaitu konteks dan isi. Konteks terdiri dari suasana yang menggairahkan, landasan
yang kukuh, lingkungan yang mendukung, rancangan belajar yang dinamis.
Sedangkan isi terdiri dari penyajian yang prima, fasilitas yang luwes,
keterampilan belajar untuk belajar, keterampilan hidup.
D. Dalam pelaksanaannya quantum teaching memiliki prinsip-prinsip
dalam kerangka belajarnya. Prinsip tersebut dikemas dalam istilah TANDUR:
Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan.
Daftar Pustaka
Deporter,
Bobbi, dan Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan, Bandung: Kaifa, 2000.
Deporter,
Bobbi, dkk., Quantum teaching: Mempraktekan Quantum Learning di Ruang-Ruang
Kelas, Bandung: Kaifa, 2010.
Himpunan
Perundang-Undangan RI tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), Bandung: Nuansa Aulia, 2010.
Muijs,
Daniel, & David Reynolds, Effective Teaching, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2008.
Nata,
Abuddin, Manajemen Pendidikan, Jakarta: Prenada Media Group, 2010.
http://mahmun.wordpress.com/2008/03/12/quantum-teaching-pembelajaran-yang-menyenangkan/ diakses pada Senin, 11 November 2012.
http://www.sarjanaku.com/2011/04/pembelajaran-quantum-teaching-serta.html diakses pada Senin, 11 November 2012.